Teknologi Injeksi di Motor Indonesia 5 Mar

JAKARTA, KOMPAS.com – Kebijakan Thailand dalam menentukan arah teknologi sepeda motor lebih baik dari Indonesia. Sebagai contoh, kendati penjualannya mereka jauh di bawah Indonesia – pada 2009 hanya 1,54 juta unit (Indonesia hampir 5,9 juta), tahun depan salah merek yang terus mendominasi pasar di negara itu selama 21 tahun, Honda, seluruh produknya akan menggunakan PGM-FI Honda atau lebih dikenal dengan sistem injeksi.
Sistem injeksi baru digunakan Honda pada Supra X125.
Lantas bagaimana dengan Indonesia?. Honda yang juga menjadi pemain besar di Indonesia, ternyata tidak mengikuti kebijakan Thailand untuk menyelamatkan lingkungan tersebut. Pasalnya, menurut Julius Aslan, Direktur Pemasaran PT Astra Honda Motor (AHM) kepada KOMPAS.com kemarin (4/3/2010), pengalihan teknologi memerlukan kesiapan infrastruktur. Hingga ini, Indonesia belum bisa memenuhinya.
Sistem injeksi yang digunakan Yamaha pada V-ixion
“Teknologi sepeda motor arahnya memang ke sana, sistem injeksi. Di Indonesia kami harus melihat situasi di lapangan,” tegasnya. Ditambahkan, Indonesia masih menerapkan standar emisi gas buang Euro2, sedangkan Thailand sudah Euro3. Selain itu, infratruktur bahan bakar untuk mesin yang menggunakan sistem injeksi distribusinya belum merata. Akibatnya, sistem EFI tidak bisa dimaksimalkan.
Komponen sistem injeksi yang digunakan Suzuki pada Shogun. Juga tidak mendapatkan sambutan baik!
Sampai Pelosok
“Pertamina atau pemerintah harus berkomitmen bisa menyediakan bahan bakar dengan timbal yang kecil. Karena ini motor, distribusi bahan bakar untuk mesin injeksi harus optimal hingga ke pelosok negeri,” papar Julius.
Saat ini Honda hanya memasarkan satu produk berteknologi PGM-FI yakni Supra X 125. Dijelaskan pula, produk lainnya akan menyusul, yaitu bebek matik Wave dan skutik PCX yang bakal dipasarkan tahun ini.
Faktor Harga
Faktor lain, yang juga membuat motor dengan sistem injeksi kurang menarik bagi konsumen Indonesia adalah harga, di atas rata-rata motor yang masih menggunakan karburator. Akibatnya, daya saing produk masih lemah.
Julius menegaskan, motor yang masih mengandalkan kaburator tetap akan dimaksimalkan. Bila, situasi berubah, AHM langsung mengikuti arus baru, memanfaatkan sistem injeksi andalah honda PGM-FI. .
“Tapi, seiring permintaan yang terus meningkat dan volume besar, harga teknologi ini akan makin ekonomis. Arahnya akan ke sana,” kata Julius.
Berarti untuk teknologi, kebijakan produsen sepeda motor Indonesia ketinggalan dibandingkan mobil. Kendati masih berpatokan pada Euro2, dan menggunakan infrastruktur didistribusi bahan bakar yang sama, seluruh mobil nyang diproduksi di Indonesia saat ini sudah menggunakan teknologi injeksi bahan bakar.

No comments:

Post a Comment