Isu pemanasan global saat ini menjadi masalah utama yang harus dihadapi. Saat ini suhu terasa semakin panas. Temperatur udara meningkat. Es di kutub mencair. Salju di puncak gunung meleleh, akibatnya permukaan air laut naik, banjir pasang pun terjadi. Pantai akan semakin menjorok ke daratan.
Mengerikan…
Sebenarnya pemanasan ini timbul akibat ulah manusia juga. Penggunaan elektronika penghasil panas yang berlebihan. Pemakaian AC sepanjang hari, pemakaian kendaran bermotor secara masal, hingga pemakaian kantong plastik yang dalam pembuatannya memakan energi yang memakan banyak energi.
Salah satu kepedulian terhadap pemanasan global ini adalah penemuan material-material yang ramah lingkungan, penggunaan produk yang hemat energi dan dalam dunia arsitektur adalah penggunaan rumah ramah lingkungan.
Jika kita ingin memiliki rumah yang memiliki udara sehat, pencahayaan alami yang cukup, kita bisa mendesain rumah seperti salah satu dibawah ini:
Bagaimana rumah ramah lingkungan itu? pada dasarnya rumah ramah lingkungan menerapkan konsep rumah hemat energi. Banyak memanfaatkan pengudaraan alami dan pencahayaan alami. Desain rumah sedemikian rupa sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada AC dan lampu.
Dalam memanfaatkan cahaya matahari, yang diperlukan adalah “terang” nya sedangkan “panas” nya dihindari. Salah satu caranya adalah memanfaatkan arah timur/barat/ atau utara/selatan. Jendela harus berkanopi dengan sehingga terpaan langsung cahaya matahari dapat diminimalkan.
Faktor-faktor yang mendukung sebuah rumah menjadi rumah ramah lingkungan antara lain:
1. Rangka atap baja ringan
Penggunaan baja ringan ini sebagai jawaban atas semakin menipisnya jumlah kayu hutan kita. Baja ringan lebih efektif dalam aplikasi atap. Pengerjaannya lebih efisien dalam waktu, dan lebih presisi karena buatan pabrik.
2. kusen, daun jendela, pintu menggunakan alumunium/ PVC/ UPVC
3. Plafond menggunakan gypsum dan rangka besi holow
4. Atap tinggi
Hal ini bermanfaat untuk sirkulasi udara yang berada di dalam rumah.
5. Tritisan lebar
6. Banyak bukaan
7. Plafond tinggi
8. Kanopi tiap jendela
9. Luas bangunan sebaiknya tidak lebih dari 60% luas lahan
Perbandingan antara luas bangunan dengan lahan hijau idealnya adalah 60-40. Yang mana fungsi taman tidak hanya sekedar mempercantik penampilan rumah, tetapi juga sebagai daerah resapan air hujan. Agar taman dapat dengan mudah menyerap air hujan, caranya tidak hanya dengan tanaman ,tetapi juga memberi pori-pori tanah dengan cara melubangi. Selain sebagai resapan, taman juga berfungsi sebagai penyaring kebisingan dan debu. Tentu rumah akan menjadi sehat jika minim debu.
nb.
Sumber berita diperoleh dari beberapa majalah dan internet yang saya catat di buku harian bulan januari 2008.
>> intinya saya lupa nama majalah dan alamat web nya. Tapi bisa dipertanggungjawabkan. hehehe
Seuai dengan rikwes,,saya akan memberi contoh-contoh bangunan ramah lingkungan. Untuk rumah ramah lingkungan dapat diadaptasi dari kriteria-kriteria yang tersebut diatas. Yang membanggakan, saat ini global warming dalam arsitektur telah menjadi tema hunian 2008 oleh banyak pengembang realestate. Jadi untuk referensi, datang saja ke pameran perumahan, ambil brosur sebanyak-banyaknya, dan desain rumah sesuai dengan yang kita inginkan.
Disini saya ingin menampilkan desain yang membuat saya berpikir ” inilah gunanya otak dan hati”. hehehe
Gambar-gambar ini saya ambil dari internet, jadi saya juga menyertakan link nya.
Zoro house, rumah canggih yang ramah lingkungan
Salah seorang arsitek yang menginspirasi saya juga membahas tentang perlunya menjaga keseimbangan antara ekologi dalam kondisi saat ini. Arsitek Gramedia Expo yang juga dosen urban design ITB ini selalu mengadaptasi ekologi dalam desainnya. Ini yang membuat saya mengagumi beliau.
No comments:
Post a Comment