Review TVS Apache RTR 160 DD Mei 6, 2010

Posted by Taufik in Review Produk, Test Ride, TVS.
Tags: ,
trackback
Bro sekalian inilah buah test ride saya selama hampir dua pekan terhadap satu Unit motor TVS Apache RTR 160 DD. Megenai penampakan motornya sendiri dapat bro simak di artikel Impressi Fisik. Kali ini kta akan bicarakan masalah teknis pengendaraan ergonomi, kenyamanan dan sedikit menyangkut performa motor. Ok mari kita mulai. Motor ini memiliki embel-embel RTR (racing throthle respons) dan di klaim akselerasinya 5 detik untuk 0-60 km/jam . . .  Saya sendiri sempet mencobanya di jalan Juanda Depok, dengan segala keterbatasan saya  hanya mampu mencapai 49 km/jam dalam 5 detik dari posisi diam. Tapi emang respons nge-gas motor ini cukup cepet
Motor ini pernah saya bawa pulang kantor dengan kondisi terpapar Hujan, lampu semua saya nyalakan . . . gak ada masalah di kelistrikan setelah sampai dirumah. Mengenai bannya sendiri? Ban merk TVS tersebut sangat menggigit saat kondisi trek kering. Saat basah, memang terasa penurunan daya cengkeram grip ban terhadap aspal, walaupun masih dalam batasan toleransi, alias nggak licin-licin banget lah. Bagaimana ergonominya? dengan setang clip-on (setang jepit) plus pemilihan jenis ban dengan diameter ring kecil didepan (depan 17 inchi, belakang 18 inchi) membuat Apache 160 terlihat agak ‘nukik’ kedepan . ..  so pasti ergonomi duduk menjadi lebih ke arah sporty, nggak jauh beda bila kita naik CBR 150 kayaknya deh. Posisi setang yang pendek mempermudah saya untuk bisa sigap dan cepat melibas tikungan-demi tikungan di daerah kampung sawah, cibinong saat motor ini dibawa ke kantor. Cuma emang kalo nggak terbiasa akan terasa pegel di telapak tangan karena akan ada cukup bobot yang akan bertumpu di lengan kita.
:roll: kalo footstep lebih mundur dikit, kayaknya akan lebih nyaman lagi
Bicara segitiga Ergonomi motor berarti footstep juga termasuk. Walaupun cukup nyaman digunakan, mungkin akan lebih ergonomis lagi jika posisi footstep pengendara agak dimundurkan ke belakang. eee iya satu lagi ada sedikit perasaan getar di setang yang mungkin berasal dari getaran mesin. Sok depan-belakang sangat empuk untuk melibas jalanan rusak sekalipun. Namun sepertinya rebound dampingnya kurang sehingga setelah melibas suatu handicap yang tinggi semisal tanggul/polisi tidur, masih terasa sedikit sisa mental-mentalnya. Sok depan pun begitu, sehingga kadang  di jalan agak rata pun saat berjalan dengan kecepatan sedang masih terasa sedikit mentul mentul. Lain lagi saat kecepatan dikembangkan mendekati 80 km/jam. .. feel mentul-mentul sedikit demi sedikit hilang
Bicara top speed, saya bukannya speed freak, jadi hanya berhasil mengambangkan kecepatan sampai 117 km/jam di boulevard kota kembang/ Grand Depok City  . .. yang bro tahu sendiri betonnya terkenal kurang rata itu xiixixixi. Rem depan 2 piston pakem banget, rem belakang 1 piston . .. feelingnya mirip rem Tiger revoku yang dulu, nggak telalu banyak mengggigit. Oh ya gimana akurasi spedometernya sendiri? saya sempat mengkomparrasinya dengan kecepatan yang terbaca di GPS Garmin 60 CSX milik TMC. Ghimana akurasinya? . . . pembacaan kecepatan di Spedometer agak lebih cepat dibanding Pembacaan di GPS sekitar 9-10% jadi bila di Spedo terbaca 66 km/jam . . .maka kecepatan menurut GPS sekitar 60 km/jam.  Mengenai laporan Konsumsi bahan bakar di artikel sendiri ya? . . . semoga berguna

No comments:

Post a Comment